Sri Murni
I. PENDAHULUAN
Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang pertama ditemukan, vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan bahwa seluruh retinoid dan prekusor/provitamin A/karatenoid yang mempunyai aktivitas biologic sebagai retinol. Selain dikenal sebagai vitamin yang berperan dalam kesehatan mata, vitamin A juga secara umum penting dalam kelangsungan hidup manusia. Di seluruh dunia ( WHO, 1991 ) diantara anak-anak prasekolah diperkirakan terdapat 6-7 juta kasus baru xeroftalmia setiap tahun, kurang lebih 10% diantaranya menderita kerusakan kornea. Diantara yang menderita kerusakan kornea ini 60% meningal dalam waktu satu tahun, sedangkan diantara yang hidup, 25% menjadi buta dan 50-60% setengah buta. Perbedaan angka kematian antara anak yang kekurangan dengan yang tidak kekurangan kurang lebih sebesar 30%. Disamping itu kekurangan vitamin A meningkatkan resiko anak terhadap penyakit infeksi seperti ISPA dan Diare, meningkatkan angka kematian akibat campak serta menyebabkan keterlambatan pertumbuhan.
II. DEFINISI
Kurang Vitamin A (KVA) merupakan penyakit sistemik yang merusak sel dan organ tubuh dan menghasilkan metaplasi keratinasi pada epitel, saluran nafas, saluran kencing dan saluran cerna (Arisman 2002). Penyakit Kurang Vitamin A (KVA) tersebar luas dan merupakan penyebab gangguan gizi yang sangat penting. Prevalensi KVA terdapat pada anak-anak dibawah usia lima tahun. Sampai akhir tahun 1960-an KVA merupakan penyebab utama kebutaan pada anak.
III. EPIDEMIOLOGI
Kekurangan asopan vitamin A dapat menyebabkan kebutaaan terutama pada anak-anak usia 6 – 59 bulan, apalagi bila disertai dengan penyulit penyakit berikut :
- gizi buruk,
- anak yang tidak mendapat ASI eksklusif dan tidak diberi ASI sampai usia 2 tahun
- Bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2,5 kg
- Anak yang menderita penyakit kronis seperti ; campak, diare, pneumonia, TBC dan cacingan
Pola epidemiologi dipengaruhi oleh :
1. Usia
· Pada bayi dan ibu hamil kekurangan vitamin A
· Pada usia penyapihan dini
· Pada anak dengan PMT/pasi kekurangan vitamin A
2. Seks
· Laki-laki beresiko >>( XN & X1-B)
· Laki-laki dan wanita beresiko sama terhadap X3 – A dan B
3. Musim
· Musim panas, kering, campak dan diare beresiko tinggi kekurangan vitamin A
4. Kelompok masyarakat
· Disebabkan karena kebiasaan makan
· Perawatan kesehatan yang kurang diperhatikan
· Anak yang hidup dekat dengan kekurangan vitamin A aktif beresiko lebih tinggi
IV. SUMBER VITAMIN A
a. Aktif ( retinol ) sumber bahan hewani : susu, hati, kuning telur, daging ayam/sapi dan ikan
b. Tidak aktif ( karotenoid ) sumber bahan nabati : sayur daun hijau, buah warna kuning, ubi merah, wortel, bayam , melon, labu kuning.
V. FUNGSI VITAMIN A
Selain berfungsi pada sistem penglihatan, diferensiasi sel, pertumbuhan dan perkembangan, Reproduksi, dan pencegahan kanker, Vitamin A juga berfungsi dalam sistem kekebalan ( anti infeksi ). Walaupun mekanismenya belum diketahui pasti, Retinol berpengaruh terhadap pertumbuhan dan deferensiasi limfosit B ( leukosit yang berperan dalam proses kekebalan humoral ). Disamping itu, kekurangan vitamin A menurunkan respon antibody yang bergantung pada sel-T (limfosit yang berperan pada kekebalan sesular). Sebaliknya, infeksi dapat memperburuk kekurangan vitamin A.
Dalam kaitan vitamin A berperan sebagai fungsi kekebalan, ditemukan bahwa:
1) Ada hubungan kuat antara status vitamin A dengan infeksi pernapasan
2) Ada hubungan antara kekurangan vitamin A dengan diare
3) Kekurangan vitamin A pada campak cenderung menimbulkan komplikasi yang dapat berakibat kematian.
Bila vitamin A kurang, maka fungsi kekebalan tubuh menjadi menurun, sehingga mudah terserang infeksi. Disamping itu lapisan sel yang menutupi trakea dan paru-paru mengalami keratinisasi, tidak mengeluarkan lender sehingga mudah dimasuki mikroorganisme penyebab infeksi saluran pernapasan. Bila terjadi pada permukaan usus halus dapat terjadi diare. Perubahan pada permukaan saluran kemih dan kelamin dapat menimbulkan infeksi pada ginjal dan kantong kemih. Pada anak-anak dapat menyebabkan komplikasi pada campak yang dapat mengakibatkan kematian.
VI. PENYEBAB
a. Diet << kekurangan vitamin A jangka lma
b. Gangguan resorbsi vitamin A ( diare kronis, kecacingan , kelainan pankreas )
c. Defisiensi protein , lemak dan vitamin E
VII. GEJALA KEKURANGAN VITAMIN A
Adapun gejala kekurangan vitamin A meliputi gejala xeropthalmia (mata kering) suatu kelainan pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata. Keadaan kekurangan vitamin A yang mengenai mata ini bila dibiarkan tanpa penanganan yang serius dapat berakibat kebutaan yang permanen. Tahapan gejala xeropthalmia hingga terjadi kebutaaan melalui beberapa proses .
- Gejala awal dari proses xeropthalmia adalah berupa buta senja. Kebutaan ini biasanya terjadi pada senja hari dan tidak disadari oleh orang lain karena keadaan mata seakan masih normal atau tak nampak satu kelainan apapun pada mata. Hanya dapat diketahui ketika seseorang menderita kekurangan Vitamin A ini sering menabrak benda benda yang berada disekitar ketika berjalan dalam suatu ruangan. Sedangkan bagi yang belum bisa berjalan sering terlihat memojok dan tidak melihat barang atau makanan yang ada didepannya.
- Selanjutnya timbul gejala kekeringan pada selaput lendir pada bagian putih mata yang disebut xerosis kunjungtiva. Pada bagian konjungtiva akan terlihat kering, keriput dan kusam. Orang tua sering mengeluhkan bahwa mata anaknya tampak kering dan berubah warna seperti kecoklatan.
- Konjungtiva bertambah kering dan ditambah ada benda asing seperti busa sabun atau keju (disebut bercak Bitot) terutama pada celah mata sisi luar. Orang tua sering mengeluhkan mata anak ada sisiknya atau timbul busa. Dalam keadaan yang lebih berat lagi terjadi kekeringan pada seluruh bagian putih mata.
- Tanpa penanganan yang maksimal kekeringan bisa berlanjut hingga ke bagian hitam mata (kornea mata) yang tampak buram dan kering dan permukaan kornea tampak kasar.
- Keratomalasia atau perlunakan permukan kornea seakan-akan seperti bubur dan dapat terjadi ulkus/ luka pada permukaan mata, pada tahap ini juga bisa terjadi perforasi bola mata (kornea pecah).
- Tahap terakhir dari xeropthalmia bisa terjadi jaringan parut pada kornea mata yang disebut dalam istilah medis sebagai ” xeroftamia scar ” sikatrik kornea. Bola tampak menjadi putih atau bola mata tampak mengempis.
Secara ringkas oleh WHO, 1996 Tahapan xeroftmia dijabarkan dalam satu penggolongan berikut :
a. (XN) = Buta senja
· Manifestasi defisiensi vitamin A paling awal
· Penglihatan menurun pada senja hari
· Tidak bisa melihat pada lingkungan dengan cahaya kurang
· Respon baik dan cepat ( 1-2 hari) dengan terapi vitamin A
· Bersifat reversibel
b. (X1A) = Xerosis konjungtiva
· Bagian putih bola mata kasar, kering, keriput dam berubah warna menjadi kecoklatan
· Pada awal timbul didaerah temporal yaitu didaerah nasal
· Respon baik terhadap terapi vitamin A (2-6 hari) dan hilang dalam 2 minggu
c. (X1B) = Xerosis konjungtiva dan bercak Bitot
· Ada becak berbentuk segitiga warna abu-abu dan berbuih
· Konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan berkerut-kerut
· Kerutan yang disebabkan oleh bitot dapat menetap beberapa bulan
· Respon baik terhadap terapi vitamin A (2-5 hari)
d. (X2) = Xerosis kornea
· Pada kornea terlihat kering, berkabut, dan tidak bercahaya seperti warna susu
· Terdapat plak tebal pada kornea
· Repon baik terhadap terapi vitamin A (2-5 hari), kornea normal dalam 1-2 minggu
e. (X3A) = Ucus Kornea
· Kerusan menepap pada bagian atau seluruh kornea
· Ulcus berwarna putih abu-abu, dangkal dan dalam (<1/3 kornea)
· Ulcus superfisial dengan terapi vitanin A dapat sembuh menjadi jaringan parut
· Ulcus dibagian dalam membentuk leukoma
f. (X3B) = Keratomalasia
· Penebalan kornea pada stroma
· Kerusakan yang di akibatkan <1/3
· Kerusakan yang terjadi lebih luas
· Perfomasi bola mata hilang
· Terapi yang cepat dengan vitamin A dapat selamatkan mata pada bagian sebelah
g. (XS) = Xeroftalmia scar/sikatrik (jaringan parut)kornea
· Kornea mata tampak menjadi putih atau bola mata tampak mengempis.
· Gejala sisa beberapa jaringan parutdengan berbagai densitas ( nebula, makula, leukoma)
· Dapat berupa penonjolan lapisan kornea yang tersisa
VIII. PENANGGULANGAN
Melihat dampak yang dapat diakibatkan oleh kekurangan vitamin A seperti yang dijelaskan di atas, maka masalah defisiensi vitamin A ini tidak boleh diremehkan karena dapat mengakibatkan kematian atau kita akan kehilangan sumber daya manusia yang unggul. Untuk mengatsi ini ada beberapa langkah yang harus terus dilaksanakan, antara lain yaitu :
a) Memperbaiki pola makanan masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan sehingga
masyarakat kita semakin gemar mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.
b) Melakukan fortifikasi vitamin A terhadap beberapa bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat dengan memperhatikan syarat-syarat fortifikasi misalnya tidak menyebabkan perubahan rasa pada bahan makanan tersebut atau tidak menyebabkan kenaikan harga yang terlalu tinggi. Contoh bahan makanan yang dapat dilakukan fortifikasi adalah pada MSG atau pada Mie instan.
c) Meningkatkan program pemberian suplemen vitamin A yang sudah berjalan pada kelompok sasaran, yaitu :
· Bayi umur 6 – 12 bulan : diberikan kapsul vitamin A warna biru, dosis 100.000 UI setiap bulan pebruari dan Agustus
· Anak umur 1 – 5 Tahun : diberikan kapsul vitamin A warna merah, dosis 200.000 UI setiap bulan pebruari dan Agustus
· Ibu nifas : diberikan kapsul vitamin A dosis 200.000 UI sehari setelah melahirkan dan diberikan lagi 24 jam kemudian ( masing-masing satu kapsul
· Anak yang terserang campak, diberikan kapsul vitamin A dosis 200.000 IU
d) Pemerian imunisasi pada anak harus terus dipantau supaya terhindar dari penyakit infeksi
e) Mengkonsumsi makanan yang seimbang agar metabolism vitamin A dalam tubuh dapat berjalan secara normal.
REFERENSI
1. Arisman.2002.Gizi dalam daur kehiduan.Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Palembang.Proyek peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi.Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
2. Sunita Almatsir. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia. 2003
3. www.who.int